Sabtu, 27 Oktober 2012

Kepak Sayap Wanita

Jangan kau beri aku kembang merah menyayat...

musim yang melekang, menjadi saksi sebuah kata hati

aku berikan sudut taman bunga yang sejuk...

berbasuh embun pagi, redup menawan seribu kicau burung

bila harus berlalu, seribu beluntaspun meluruhkan kelopaknya

tak mampu sorot matanya menebaskan batas ...

bahkan terbuang hinggap di puncak tebing...

butir sinar mentari menyerpih memberi kabar

tentang hati yang tercabik...menjadi bagian

di pagi yang seharusna berseloroh salam canda


aku tak mampu menggeliatkan...

apa yang mengalir dalam nadi darah...meronta

namun hanya menjadi karib setia jantung yang merona

kau menusukan bilah tajam ke tengah beledru biru

yang menjadi kelambu kamar penantinku...

tak kau padukan dengan gerimis di luar sana

yang mengajak semua insan bercumbu di bilik bambu

berpilar seribu janji..tentang kmbang setaman

tentang nyanyi rindu kasmaran...

tentang jauh terbang memungut pelangi.


tapi aku masih punya kepak....

meski ringkih namun mampu menghardik awan gelap

menepiskan hingga sisi langit, hingga aku

menjadi diriku sendiri, bukan boneka “Beirby”

namun hanya petani desa bergincu bibir sahaja,

bergaun belacu setia untuk dambaan hati, sang pejaka

yang menggulirkan senyum tulus, tak bersuara parau...

aku dan dia milik dewa dewi

di Indraloka berangin sejuk kata lugu tanpa dusta

aku dan kau satu......


Jakarta, 24 OKTA 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar