Taman Di Halaman Istana
Biar kuusung seribu burung parkit
Agar
menyejukan taman yang berjejer bunga
bertengger
di kelopak bunga
dan
menghadapkan wajahnya pada
kuning
langsat sinar mentari
yang
dipuja oleh pagi
berselimut
hasrat
Biar
pula kutepis embun dini
Yang
berbaju lusuh
Dan
menjinjing udara dingin.
Tampaknya
kau bunga taman
Yang
tak mau menyapu
Dengan
sorot mata
Ke
semua batas taman…lantas
menepis
semi
Terbanglah
bersama pipit dan parkit
Biar
kau untai mega pada rambutmu
Mengembaralah
dengan kelopakmu
Yang
penuh warna
Akupun
hanya terdiam
Di
tengah taman halaman depan rumahku.
Semarang,
15 September 2010
Merajut Hari
Lantas
mengapa kau hanya diam
Tatkala
goresan kanvas perlu aku benahi
Agar
mampu meminang rembulan
Dan
membagikan sinarnya
Pada
ketidaktahuan ini
Mengapa
tak ada senyum
Bila
kuntumpun harus bermandi embun pagi
Lantas
tak kau celupkan
Wewangian
pada sorot
Yang
masih ada di luar pagar taman
Mengapa
kau lipat kelopakmu
Hingga
kering dan kusam
Bukankah
telah aku kirim angin sejuk
Yang
meliuk di pematang taman
Agar
kau mampu merebahkan madu
Semarang,
15 September 2010
Andai Saja
Andai
saja kelopak bungamu
Telah melayu
Bersandar cakrawala senja
Menguntai
tembang surgawi
Kawanan
burungpun
Akan
memberimu air dahaga
Angin
penjurupun
Akan
menyapu halapan tamanmu
Akupun
diam…
Semarang,
15 September 2010
Hingga Kapan
Kala
tanganmu yang halus bergayut
Di
pundaku, .dengan mahkota bunga Zeus
Kau
kenakan
Menapaki
tangga menuju…
Peraduan
bulan
Lantas
kau kobarkan hymne de amour
Rinduku
meluruh
Semarang,
15 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar