Jumat, 16 November 2012

Kotamu

Kala  kota ini menjadi  memerah lesung pipinya

kuulangi lagi dengan sebuah ketidak mengertian

mungkin hari berikutnya kau  tautkan pita jinga di rambutmu

masih saja, atmosfer kotamu  melempar wajahnya

akupun hanya hinggap ,  hanya pada yang mampu aku gapai

 

aku mulai menguliti hari hari di kotamu

bersaku ilalang yang tertusuk “merah padam “ kota ini

jangan kau tautkan ,  bila kau menyelipkan prosa galau

kita hanya lengan kecil........

tak mampu menjinjing mentari dan meminang rembulan

 

aku melangkah.....

kita satu arah..

kau mengusung senyum...

bila senja datang di kotamu

 

(Semarang, 22  Februari 2012

Rumahku Sorgaku

Di tanah lapas berlantai rumput kering meranggas..

dan  hijauan pandan memagari, layu dan terkapar lesu

lantaran kemarau telah menyambanginya...

rumahku berdiri sahaja, dalam asuhan Dewi Bulan

 

rumahku berdinding kayu lapuk, beratap rumbai ilalang...

tak ada serapah dan pekikan kelu,

agar tak terbawa pergulirsn musim...

rumahkupun berlantai cumbu rayu...

aku selalu menghabiskan sajian singkong rebus

bersama kasihku dengan adonan gula merah...

 

bila datang hari hari jalang, yang menghimpit

tulang iga...

rumahku tak kering dari tegur sapa..

tak ada sajian sarapan pagi yang hambar...

lantaran rumahku berornamen negeri Indraloka

tempat para dewa menyemai santun dan budi bahasa...

aku dan kasihku, tak berkeluh memanen padi,

palawija dan sayuran.

 

aku tawarkan lobak, istriku menyibak rambut wewangi...

aku berikan jagung bakar, kasihku binal mencumbuku...

aku mengeringkan padi, kasihku dalam desah penuh hasrat

aku merapikan pematang...

kasihku memunguti warna warni bunga di halaman..

aku dalam selaksa rengkuhan lengan kasihku

 

malam aku berdua membaca bintang di langit

siang mengatur nafas dalam cumbu daun palem...

aku dan kasihku dalam sketsa roman asmara......(Semarang, 1 Oktokber 2012}

 

Tuhan..

aku bukan Sang Sufi....

yang kau nobatkan dengan pena emasmu...

aku hanya biduk berlayar koyak...

di tengah durjana  ombak lautan...hitam kelam

biarkan  tabir putih bersih Engkau tebarkan..

agar mampu kunaungi dalam empat penjuru angin...

Tuhan..aku dalam sepi...

bumipun kini bererotis bengis

berteman Dajjal dalam guratan Iblis laknat

ampuni aku Tuhan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar