Aku
Terjaga Di Kota Liar ini
Di kota liar ini
Aku terjaga,
untuk menjadi saksi,
Untuk diriku
sendiri, saat isi dada terhempas
dari sendiku
sendiri....menusuk
menajamkan
sembilu yang kuraut sendiri
namun tiada
pernah bintang gemintang
menerangi kota
ini,bahkan
memberiku, melentingkanku
ke
pucuk...menyelingkuhiMU
hanya angin
malam di peraduan
gelap gulita,,,
membawaku
menjamah nisbi
Au terjaga
ubtukMU
Pada sepertiga,
kala aku tergolek lesu
Memucat wajah
dan menjinakan sorot mata
MencapaiMU..
Di tengah padang
belantara yang
kuraut sendiri,
beralas berigi berbisa..
aku tertawan dan
terpinang
pada Dajal si
penunggu syahwat berbisa
hingga tak mampu
menengadah
lantaran kuku
tajam Dajal mematahkan
semua tulang
igaku
Aku terjaga dan
tersungkur
pada nyanyian
rindu padaMU,
dengan manik
mutiara hati
yang sejuk,
kembali
aku..sepi
(Semarang, 7
Nvember 2011)
Menghitung Bintang
Satu dua
bintang,....
menghampiriku
dengan secawan sejuk
dengan seikat
bunga kesabaran
dan
karangan bunga kemanusiaan
tak
ketinggalan menyodorkan
catatan
langit
berisi
dongeng tentang surga
Aku hitung
bintang
Dengan buih
lautam
Dengan daun
palma
Aku tak sanggup
Engkau Maha
Perkasa
(Semarang, 7
Nvember 2011)
Di Sudut Kota
Yang Mati
Di sudut malam,
aku terkungkung dalam pekat
mencari tiap
sudut kotaku, kala aku terbuang
aku tak mau
harus memunguti jarum waktu, dalam resah...
menunggu seduan
teh hangat yang kau beri, kekasihku !
Kotaku !, berilah
aku sebatas pandang, meski sebuat tirai rajutan
aku tidak liar
mengirup sketsa sebuah hidup,
dalam kubangan
anyir, tempat yang liar tak bertepi
tak satupun tangkai
perdu penyembuh rindu
Kotaku !,
kala aku
menitipkan rembulan pada bintang yang berpose
Di hadapan
panggung warna hidup semua penghuni langit,
Mereka malah menikamku dengan beban yang
menelanku
mentah- mentah, akupun menyambangi batas
lembut sebuah
fatamorgana. Yang tersusun di langit ke
tujuh.
Kotaku !, kubiarkan aku melihat bintang
dengan kekasihku
yang kuajak terbang malam,
meski
sayap-sayap kami berdua telah lapuk dimakan jaman,
telah pula
melemah urat sendi kami karena cibiran
lidah dan bibir semua
yang kau miliki
atau karena
melemah ditebas kerasnya debu debumu
Kotaku !, berilah kami sekedar ruangan
untuk malam pengantinku, agar tak terkoyak korupsi
dan kebusukan di
sekelilingku.
Meski hanya untuk
bertanam sehelai “asmarandhana”
sebuah kidung,
milik padang ilalang yang bersekutu
dengan belalang,
hingga mampu terbang dengan sayap
tak seberapa
luasnya. Namun kau tetap menyeringai,kotaku !.
Malam ini aku terus terjaga,
Karena tiada
satu pagipun yang mampu merekah di kotaku.
Jangan kau
sunting dahulu merah padam dari tepian tubuhmu
lantas kau
curahkan pada aku dan kasihku,
yang sedang merenda
kantong baju dan mengokohkan
pagar bambu tiap
sudut bilik kami berdua.
Kotaku!,mengapa
tidak kau pamerkan pakaian pengantinmu,
Mana kicauan
Kenari, bangau di sawah dan bunga bakau
di pantaimu ?..
Kali ini akulah
yang mencibirmu
Seharusnya kau
tanam anggrek bulan pada jambangan
peraduanmu,
sehingga tiap sudutmu hijau dan apik.
Kini senjamu
memusari aku dan kasihku ((Semarang, 10
Desember 2011).
Kecewa
Mengapa tiada
lagi kini,
Kain selimut
malam biru bertepi selaksa khayal
Kau sandarkan
“benang – emas” lurus menuju....
Indrakila hunian
para bidadari,
Aku akan
melangkah surut,
Tiada yang
kusimpan dalam kantong baju
Hanya seutas
janji Sang Arjuna pada Dewi Supraba
Aku hanya
bergayut di tepian
Penuhilah
jalinan kuning keemasan, yang menertawai aku
Kau ikat saja
kuat kuat,
Agar gerimis
tiada meninjing badai
Akupun hanya mampu
menyuguhkan
Seribu batas
langit, percik air telaga yang
menepiskan
rambut emas sang mentari.
Kau ikatkan aku
pada kanvas tanpa warna
Bergambar
“Kolonjono” bertaut debu membara
Lantas
meranggas, akupun hanya memilki sebuah
warna.....hingga
telah sampai
tengah malam
yang tak berbintang.
Kau sambut
dengan senyemu,
Yang
terindah...yang pernah kulihat
Jangan kau
salahkan “sedap malam”
bila di pagi
hanya tertunduk lesu
tapi usunglah
keranjang pilu beralas galau
lantas kau
tumpahkan...ada tiap detik
yang berdebu
yang aku buru.
Sehingga kau
kecewa dan jelas tergambar
pada setiap
lekuk tubuhmu (Semarang, 10 Desember
2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar