Senin, 26 November 2012

Seribu Kata Cinta

Saat kau kecup keningku...di temaram senja...
aku bisikan legenda cinta Sang Abimanyu dengan Siti Sundari
kau terperangkap dalam hipnotis sihir cinta, antara kesetiaan sang ksatria
dan harum rambut sutra Siti Sundari
bila lembayung ufuk telah menghias warna langit...saat semua cicit
burung meluruh, diterkam dingin angin kembara
kaupun menyingsingkan hari..melipat sayapmu
menjamah dengan puisi sang pejaka yang kasmaran
mengayuh biduk di lautan peluh...kita dalam satu bertaut di tali
hasrat dewa  dewi, penghuni Indraloka teduh di bawah perdu..

aku sang pemburu yang nanar di tengah padang gersang
hanya nyanyian belukar pilu tersentak angin kemarau..
tetesan embun pagi menjadi asing, tak terbilang keagkuhanya
akupun hanya berpegang pada ranting kering yang tak kokoh
sedangkan angin benua siap melahap tubuhku

lantas entah musim apa yang membawa rembulan dalam keranjang sutraku
ranting kering bermetamorfosis menjadi dahan dan dedaunan menyimpan
selaksa kesejukan dan puisi nyanyi rindu bagai dua remaja saling melepas
menggambar  sketsa peraduan dalam perpaduan jantung kau dan aku
aku disergap cinta yang kau taburkan seringan sari bunga bunga taman

mawar merah jingga...
anggrek bulan biru merindu
kenanga kuning meronta dalam gairah
semua tertanam berjejer rapi di kebon bunga milikmu miliku..
tak ada dusta..
tak ada sorot mata yang tajam...
ceria...
sepadan...serasi dalam singasana penghuni Indraloka

gerimis senja masih  menerkam halaman rumah kita...
namun kau hangati dengan seribu kata cinta

Semarang, 26  NOV 12

Rabu, 21 November 2012

I n g k a r



kumbang Jalang

aku bagai kumbang jalang
tak mengenal janji
atau lagu rindu,
aku melupakan hari
warna sayap kupu-kupu
biru beruntai merah
dalam seduhan
menyudutkanku

aku mengepakan sayap
menerjangkan detak jantung
mencari kebun bunga
agar daraku mendidih
melentingkan kedua kakiku
menggapai kelopak
bersari bibir gincu

kuulurkan benang
agar engkau
mampu berteriak lantang
mengggurkan  daun akasia
menerbangkan debu
pada tepi pelangi
bersusun gairah hatimu

enyahlah kau
nyanyian getir mengubur makna
karena aku yang member arti
tentang rajutan hidup
dalam kidung asmara
bersama kau di pualam malam

(Semarang, 13 Maret 2012)

ingkar

aku dalam penat
memilih jalanku
kau masih menuai angan
aku hanya tergolek lesu
sudahkah kau warnai
atau kau benahi
saat kau gambar langit
bermanikam getir

(Semarang, 13 Maret 2012)

Kumpulan Puisi Tentang Teriakanku



Surat Untuk Bhatari Supraba

Aku menggelepar dalam rindu
Ingin menggulung rambut sutramu, yang kau urai di pinggang
Maafkan aku….yang jauh dengan Raden Arjuna bedanya
Arjuna tinggal di Bungalow tepi telaga…berair biru membentang
Dengan mobil mewah berkaca anti goresan
Yang tak mungkin dijamah Ilalang miskin
Nampak sama dengan Istanamu di “Awang Awang Kumitir
Di bilangan Indraloka, yang tak terjamah banjir rob, apalagi tsunami
Dari cahaya yang berurai tujuh kaulah yang dapat mewakili
Sebuah senyum,

Lantas aku bentangkan layar perahu
Agar mampu bersanding  dengan Bathara Indra,
Meski dengan tangan mengencang aku tepiskan Asura
Yang hendak mengotori peraduanmu…
Ataukah Pasopati milik Arjuna yang menepisnya.....
Entahlah mungkin juga hanya aku yang melukiskan
Kala wajahmu bertengger pada pandang tak terbatas.
Kau duduk dengan menghibur Gegermayang dan Lenglengmulat
Dengan seloroh yang memikat semua dewa.

Aku hanya Ilalang..yang mengerti akan ketamakan Niwatakawaca
Aku hanya sebatas menyusuri lekuk wajahmu
Dari situs internet…,,
Hingga tumbuhlah Kembang Anggrek Bulan di tepi halaman jantungku

Saat kau kunci pintu langit
Dengan titian selembar rambut kuning keemasan
Lalu kau turun dari mobil sedan merek para dewa
Bercelana jean ketat, merek keluaran dari awan awan bidadari
Jemarimu usil, memainkan”iphone”
Kau sambungkan demi sebuah janji
Dengan Raden Arjuna ….pria metropolis

Jantungkupun lari dari rongga dadaku
Mengapa kau lari dari sudut hatimu
Mengapa tidak kau cabut kuncung Semar…
Atau kau booking penasehat Sengkuni atau Sang Hyang Dorna
Agar Bathari  Supraba betah …bercengkerama dengan …
pematang yang rapi dan sejuk
menyemai benih padi..hingga memerah sapi di kandang
atau memetik sayur,
menyedu kopi dengan pemanis gula aren.
Apalah arti Arjuna Wiwaha,…kalau ilalang kusam tidak
punya  halaman prosa di dalamnya
Sementara hijau Ilalang di kaki langit
Terkadang mampu  mengucurkan air tawar pelepas dahaga

Tapi apakah betul kau yang didepanku
Adalah Supraba, atau yang di Manimantaka berkencan dengan Arjuna

Pria pujaanmu,….
Ataukah Ilalang hanya mampu memandangnya
Dan terselip dalam birama alam semesta.

(Semarang, 19 Nopember 2010).

Lusuh

Ketika jemariku menghitung lisan dan lidahku
Seribu sayap malaikat menaungiku
Menorehkan hasrat agar hati
Tetap di pinggir langit
Untuk melihat mahkotaku
Ketika dinding kamar mulai menghimputku

Warna putih yang membumbung di penjuru
LangitMU
Telah sesaat memberi sapa
Pada hati yang lusuh penuh  gundah
(Semarang, 11 Oktober 2011)

Ketika Aku Terjaga
Ada sayatan hati yang selalu membekas
Ketika aku mengais debu hingga ujung jalan
Aku sendiri hingga terlena
Untuk membasuh wajah
Dan sekujur tubuhku yang dipingit
Bunga liar,  warna-warni tiada semerbak wewangi

Ada juga sekilas heran
Ketika petirpun hendak menyelinap
Menghangus belahan di dada ini
Yang berisi ilalang yang mengering pilu

Sebentar ku hanyut dalam arah Sang Maha Luas
Ditepi yang tak pernah berujung
Hingga aku tautkan benang emas
Agar aku merasakan keelokan pagi
Dan burungpun bernyanyi
Lantas hanya sebuah sujud yang tersisa
(Semarang, 11 Oktober 2011)

Pertemuan
Ketika kaki  yang penat dan telanjang mulai berbicara
Pada sekumpulan batu yang bergerigi
Sementara pohon palmapun telah mengering
Sudah tiada lagi rerimbunan untuk semayamkan
Setengah nafasku, yang mengeringkan tenggorokan

Aku hanya mendekat pada Yang Satu
Yang berwajah tepat di titik pandang hidupku
Aku panggil dengan sebuah nama
Sementara gejolak ombak lautpun
Hendak menerkam hati yang telanjang

Aku hanya sekerat daging dan tulang
Yang bernafaspun hanya karena IdzinMU
Lantas bilamana telaga hidup
Sudah tak aku hiraukan
Hanya mesra dan larut di pelukMU
Untuk kembali di balik jubah putihMU
(Semarang, 11 Oktober 2011)

 Jiwaku
Akhirnya tinggal satu
Yang amat teduh
Bila dibawah Sang Sejuk
Aku hinggapkan
Panas yang melegami tubuh
Keringat yang membusukan kulit

Akhirnya tinggal satu
Setelah kulepas pakaian bersulam
Aroma tembang padang
Hanya ilalanglah temanku
Hanya kemunafikan arahku
(Semarang, 11 Oktober 2011)

Aku Ingin Pulang
Terasa rindu memenuhi remang semua yang kupunya…
Di atap rumah berhias kanvas prosa
Telah ada bunga bakung yang menawarkan “tawar air dingin”
Aku ingin pulang…
Biar tiada lagi kota yang menepis
....
Di atas vas hati, biar aku merasa tegar

Aku ingin pulang
Aku hanya sebersit buih tipis
Menghambur
Kala pelangi mencelup di bunga senja
Biarlah semua menantiku…(Semarang, 11 Oktober 2011)