Kala waktu beranjak
pagi
Tetap saja aku tak mau menepiskan
pada tiap yang kau selipkan dengan
hutan hijau benderang,
namun
harus pulakah aku mengambil jarak
langkah.
Akan ketakutan pada benaku, tentang yang kau singgahi langkah – langkah menuju
keelokanmu.
Kala kau Merajuk
Satu demi satu sepi hati aku
tanggalkan, pada sebilah ketidakpastian.
Lalu engkaupun datang dengan segelas
air tawar,
berisi semerbak kembang setama
warna-warni,
bilakah pertanda ini bisa aku selipkan.
Sementara awan beku terbujur kaku.
Biarkan saja aku menyurutkan langkah agar hati ini mampu
bicara.
Kala aku bicara
Cinta
Malam yang berenda dinginya angin gunung ,
menelikung kedua sayapku, sehingga
hanyalah sebujur bangkai kebisuan.
Lantas aku benturkan pada dinding asa yang terpuruk di ketidaktahuan.
Ada segumpal hasrat yang mengalir di seluruh nadi,
hingga membuat pandang mataku yang menggelora ,
menebaskan semua yang ada di depanku.
Janganlah sekali lagi ,
jangan
pula engkau abaikan hanya di Baulevardmu
yang beratap sendu,
berpagar duri yang menusuk tulang igaku yang merapuh.
Biarkan aku gendong saja
sekeranjang kata hati.
Bilakah menjadi pedang yang tajam.
Agar
nyali ini bisa mendidihkan
kebisuan kala malam di Boulevardmu
Bergayut di
Biru Langit
Barangkali aku telantarkan saja
Halaman Baulevardmu hanya berisi angin
kemarau
Dengan tumbuhan mengerontang membawa
kepenatan hidup
Lalu belalangpun tak lagi menyelipkan
tubuhnya
Karena padang gersang menghampar, menghanguskan
aroma
Untuk mendera dan memecut kisah hidup
Namun masih ada yang sisa
Yang aku rangkum dalam semangkok hidangan malam hari
Bila sayap terlipat dan langitpun membuka pintunya
Selamat malam pada yang ada di tengah
hati
Kuncilah rapat Boulevardmu
Aku
harumkan badan yang tiada tersisa di halamanmu
Biarkan sementara aku baca cermiNYA
Tentang kanvas hidup yang beruntai namaNYA
Di Episode
Terakhir
Masih adakah prosa hidup yang
menyeruak
Menempuh segala apa dengan kaki
telanjang
Jangankan menemukan sumber mata air tawar
Untuk kugantikan dengan air mataku
Aku hadapi bayangan gelap yang selalu
saja
menepikan guratan
gambar
yang
terbesit pada hymne kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar