Tidak
mampu lagi aku menelan semua yang…
Telah
kau kau ikat dalam perguliran batas hari
Antara
senja dan pagi,
Antara
saat kau sembunyikan wajahmu,
Atau
saat kau sirami kembang di sudut
Kala
kita bertemu….
Awan
jingga kau sulam dalam kebun singkong
Lantas
kau semai…bunga sedap malam
Tak
lupa kau nyanyikan, bila riuh batang bambu
Yang
berseloroh dengan angin malam
Terdiam
membisu.
Jangan
kau hanya menghitung butir demi butir
Air
mata..saat malam tak lagi berbintang
Namun
songsonglah rembulan dengan …
Rajutan
kain sutra yang telah kau simpan
Saat
malam malam indah
Di
peraduan malam pertama
Malam
yang kau hiasi dengan hitam dan ikal rambutmu
Yang
kau taburi dengan sejuta minyak kasturi
Bederai
menyodorkan hasrat
Untuk
terbang melayang ….mewarnai kanvas langit,
Di
bawah tatapan mata malu malu
Dari
sang malaikat penjaga langit
Hari
telah siang…..penat menerkamku…..
Peluh
telah kugatikan dengan apa …
yang
harus aku lakukan…….
kerongkongan
yang mengering
telah
aku basahi dengan segelas air tawar milikmu
dari
setiap embun pagi yang mengadukan ,padamu.
Tentang
dinginya malam….
Mari
kita hadapkan …semua batang sayur
Daun
ubi, ketela dan batang bamboo
Hanya
pada arah angin muson …
Semoga
mereka tidak bersyahwat dengan badai
Dan
menyodorkan kulum senyum
Pada
kita berdua…
Yang
hanya mengantongi tekad dan berbagi hidup
Yang
tidak kokoh akar kita
Yang
hanya mampu menjulurkan’
Ke
dua tangan yang dipenuhi
Guratan
garis “lelah dan nafas tersengal”
Hanya
untuk membidik cakrawala esok
Tempat
anak anak kita
Mampu
berkejaran sesuka hati
Selamat
Malam Isriku….
Semarang,
22 Nopember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar