Sang Merpati
beribu lembah tak memberi kabar bohong,
atau isapan jempol dalam
untaian lagu sendu
atau puisi ceria, saat
kokoh dan genap sayapnya...
bulu putih telah
memenuhi semua lehernya
sorot matanya telah
luruh menembus bumi,
namun setebal dan kuat
batu karang,
mengganjal sudut
jantungnya
untuk tetap terbang
menembus pekatnya langit
Dia hanya menoleh dalam
senyum....
untuk setiap mega yang
menyodorkan kelabu hidup,
tak satupun yang menyurutkan
sayapnya yang bergetar
hanya keriput kulit
wajahnya yang memberi jawaban
terus saja mengemas
hari-harinya
mataharipun tak enggan
menusukan bilah cahanyanya
hujanpun tidak lari
menjauh...
bahkan liar debu masih
menjamah sayapnya
Merpati tua, selalu
menghitung jarak...
antara seberkas yang
dia miliki...dengan tak berbatas pandang
terus menyusun untaian
hati sukurnya,
melewati kebun bunga
dan ladang palawija
ingat hari saat
matahari terbenam
kelopak matanya akan
menyurut...berkunjung ke negeri angan
bermandi bunga, untuk
tidur panjangnya.....Semarang, 3 Okta 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar