Rabu, 21 November 2012

Sang Merpati



beribu  lembah tak  memberi kabar bohong,

atau isapan jempol dalam untaian lagu sendu

atau puisi ceria, saat kokoh dan genap sayapnya...

bulu putih telah memenuhi semua lehernya

sorot matanya telah luruh menembus bumi,

namun setebal dan kuat batu karang,

mengganjal sudut jantungnya

untuk tetap terbang menembus pekatnya langit

 

Dia hanya menoleh dalam senyum....

untuk setiap mega yang menyodorkan kelabu hidup,

tak satupun yang menyurutkan sayapnya yang bergetar

hanya keriput kulit wajahnya yang memberi  jawaban

terus saja mengemas hari-harinya

mataharipun tak enggan menusukan bilah cahanyanya

hujanpun tidak lari menjauh...

bahkan liar debu masih menjamah sayapnya

 

Merpati tua, selalu menghitung jarak...

antara seberkas yang dia miliki...dengan tak berbatas pandang

terus menyusun untaian hati sukurnya,

melewati kebun bunga dan ladang palawija

ingat hari saat matahari terbenam

kelopak matanya akan menyurut...berkunjung ke negeri angan

bermandi bunga, untuk tidur panjangnya.....Semarang, 3 Okta 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar